Silakan menempatkan Iklan Anda disini

Selasa, 02 Maret 2010

SOFT DRINK APA SIH ISINYA?

SOFT DRINK
APA SIH ISINYA?


Soft drinks mulai dikenal sebagai air mineral yang ditemukan di alam. Peradaban silam percaya bahwa berendam di air mineral dapat menyembuhkan beragam penyakit. Banyak sarjana yang meneliti masalah air ini mulai Geber, Alkindus, Rhazes, Paracelsus, Robert Boyle, Friedrich Hoffmann, Antoine Laurent Lavoisier, Hermann Boerhaave, William Brownrigg, Gabriel F. Venel, Joseph Black, sampai David Macbride.

Soft drink yang pertama kali dikembangkan adalah sherbets dibuat oleh ahli kimia Arab dan menjadi jamuan umum pada masyarakat, terdiri dari campuran sari buah, rempah dan bunga bungaan. Sekitar tahun 1265, minuman yang dikenal sebagai Dandelion & Burdock beredar luas di Inggris, terbuat dari dandelion (Taraxacum officinale) yang difermentasikan dan akar tanaman burdock (Arctium lappa), secara alami telah mengandung karbonasi. Minuman serupa sarsaparilla ini masih dapat ditemukan saat ini dengan tambahan perasa dan air berkarbonasi tetapi tidak lagi mengandung Safrole karena diketahui menyebabkan kanker.

Softdrink yang pertama kali di pasarkan di barat baru ada pada abad ke 17 (nah lu, kalah sama peradaban timur kan) dan terbuat dari air dan jus lemon yang diberi pemanis dengan madu. Tahun 1676, Compagnie des Limonadiers di Paris mendapat hak monopoli penjualan soft drink lemonade. Penjual berkeliling kota dengan membawa tangki di punggung dan menawarkan dalam cangkir.


Minuman berkarbonasi (Carbonated drinks)

Di akhir abad ke 18, para ilmuwan telah dapat meniru proses pembentukan air mineral berkarbonasi yang terbentuk secara alami. In 1767, Joseph Priestley pertama kali menemukan metode memasukkan karbon dioksida ke dalam air untuk membuat air berkarbonasi, dengan cara menempatkan cawan berisi air murni diatas kuali bir di penyulingan bir di Leeds, Inggris. Penemuan ini yang kemudian disebut soda water, menjadi intisari pemebuatan soft drink. Priestley menemukan apabila cairan tersebut memberikan perasaan segar saat diminum, dan dipublikasikan dalam makalah ilmiah berjudul Impregnating Water with Fixed Air disebutkan bahwa memberikan oil of vitriol dalam bentuk tetesan (atau asam sulfat) pada kapur untuk membentuk gas karbondioksida, yang mudah larut dalam air.

John Mervin Nooth, mengembangkan desain Priestley dan menjual alat rakitannya pada perusahaan obat. Ahli kimia dari Swedia Torbern Bergman menemukan cara membentuk air berkarbonasi secara masal. Dan Jöns Jacob Berzelius menambahkan perasa (rempah-rempah, jus dan anggur) pada akhir abad ke 18.


Produksi Soft drink

Soft drinks saat ini dibuat dengan cara mencampurkan bahan kering (bisa ditambah bahan segar seperti lemon, jeruk, dll) dengan air. Pengolahan ini bisa dilakuakn di pabrik atau bahkan dirumah.

Di Industri rumahan (home industry), softdrink dibuat dengan mencampur sirup dengan air berkarbonasi atau mencampur bahan kering dengan air berkarbonasi. Contoh yang popular di Amerika adalah Soda-Club.


Kualitas Bahan

Secara klinis bahan campuran dan proses pembuatan soft drink harus memenuhi ketentuan hygiene. Ketentuan ini juga mencakup kadar kemurnian, status mikrobiologi dan parameter fisika seperti warna, ukuran partikel dll.


Efek pada Kesehatan

Konsumsi softdrink yang mengandung pemanis gula dikaitkan dengan peningkatan resiko obesitas, diabetes tipe 2, gigi berlubang, dan ladar nutrisi yang rendah. Studi menunjukkan hubungan sebab akibat yang kuat, walaupun sebagian peneliti masih menyatakan perlunya penelitian lebih lanjut.

Tetapi bahan campuran dalam softdrink sendiri juga berefek pada kesehatan: caffeine dikaitkan dengan gelisah dan gangguan tidur jika diminum berlebihan, dan pemanis buatan masih controversial. Sodium benzoate masih diteliti dalam kaitannya dengan kerusakan pada DNA dan hiperaktivitas. Bahan lain juga berpotensi mengganggu kesehatan, tetapi karena jumlahnya sedikit diperkirakan tidak berbahaya, dalam kelompok ini adalah senyawa Benzene.

Center for Science in the Public Interest pada tahun 1998 mempublikasikan laporan berjudul Liquid Candy: How Soft Drinks are Harming Americans' Health. dalam laporan ini dibeberkan statistic mengenai konsumsi softdrink yang semakin melejit, terutama oleh anak anak dan efeknya mulai dari gigi berlubang, gangguan nutrisi, obesitas, diabetes tipe 2 (yang dulunya hanya ada pada dewasa), dan penyakit jantung.


Obesitas dan Penyakit terkait kegemukan

Dari tahun 1977 sd 2001 terjadi peningkatan dua kali lipat dalam hal konsumsi minuman manis di Amerika Serikat, trend yang diikuti dengan peningkatan angka obesitas. Konsumsi minuman manis dengan kandungan gula telah lama dikaitkan dengan kelebihan berat badan dan obesitas. Minuman serupa juga telah terbukti meningkatkan berat badan pada penderita dewasa dalam satu studi terbukti meningkat setelah konsumsi selama 10 minggu.

Dalam satu studi dibandingkan antara penderita yang mengkonsumsi 450 kalori perhari berupa softdrink dengan kalori yang sama tapi dalam bentuk biji-bijian (seeds), ternyata mereka yang mengkonsumsi biji-bijian. Hal ini kemungkinan karena mereka yang mengkonsumsi biji-bijian lebih cepat merasa kenyang disbanding mereka yang mengonsumsi softdrink.

Kerusakan gigi

Banyak soft drinks mengandung carbohydrates - glucose, fructose, sucrose dan bentuk gula murni lain dalam kadar tinggi. Bakteri di mulut menyebabkan fermentasi karbohidrat dan menghasilkan asam, yang menyebabkan kerusakan enamel gigi, sehingga minuman manis meningkatkan resiko terkena karies gigi.

Sebagian besar softdrink bersifat asam dan mempunyai pH 3,0 atau bahkan lebih rendah. Konsumsi minuman seperti ini dalam waktu berkepanjangan menyebabkan erosi pada enamel gigi. Beberapa ahli menyarankan minum dengan sedotan karena langsung ke bagian belakang mulut dan mengurangi kontak dengn gigi. Bahkan menyikat gigi segera setelah minum softdrink dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut.


Hipokalemia

Beberapa studi melaporkan kaitan minuman softdrink dengan penurunan kadar kalium berat terutama setelah konsumsi berlebihan dalam jangka waktu berkepanjangan (4-10 Liter per hari).


Softdrink dan Kepadatan (densitas) tulang

Diperkirakan asam fosfat yang terdapat dalam beberapa jenis softdrink (cola) menggeser kalsium dari tulang, menurunkan densitas tulang dan menyebabkan terjadinya osteoporosis. Tetapi Dr. Robert Heaney dalam penelitiannya mendapatkan penyebabnya adalah kecenderungan mereka yang mengkonsumsi softdrink juga kurang mengkonsumsi kalsium dalam diet sehari harinya.

Dalam studi lain didapatkan hubungan erat antara konsumsi minuman berkarbonasi dengan densitas tulang pada wanita muda, sehingga meningkatkan resiko patah tulang.


Nilai Gizi

Dalam kebanyakan softdrink, rata rata mengandung sedikit sekali vitamins, minerals, fiber, protein, atau essential nutrients lain. Soft drink juga mengurangi konsumsi cairan dalam bentuk yang lebih bermanfaat seperti, air, susu dan jus buah.


Kadar Gula

Depkes AS merekomendasikan pemakaian gula sebanyak maksimal 10 sendok the untuk diet 2000 kalori, banyak softdrink yang mengandung kadar gula jauh lebih besar dari ini. Kelebihan gula ini menyebabkan obesitas bila tidak diimbangi dengan aktivitas.

Sampai dengan 1985, kalori dalam softdrink terutama dalam bentuk gula tebu yang dimurnikan atau sirup sari jagung. Saat ini di Amerika Serikat, high-fructose corn syrup (HFCS) lebih banyak digunakan karena harganya yang lebih rendah, sementara di Eropa, sukrosa lebih dominan, karena kebijakan Uni Eropa yang mendukung sugar beets dan gula tebu. HFCS telah lama dikritik mengenai efek negatifnya pada kesehatan, mendorong timbulnya diabetes, hiperaktivitas, hipertensi dan beragam masalah lain. Sukrosa dalam badan dipecah menjadi glukosa dan fruktosa sebelum diserap oleh usus. Gula dalam bentuk molekul sederhana seperti fruktosa akan dipecah menjadi glukosa dan fruktosa sebelum mengalami proses penyerapan yang sama. Metabolisme fruktosa amat sangat cepat dan diinduksi oleh fruktokinase, yang tidak diatur oleh hormone, sehingga cepat terjadi setelah fruktosa masuk ke dalam tubuh. Proses ini membentuk asam lemak dan trigliserida, yang disintesis di liver, menimbulkan penimbunan lemak di seluruh badan dan bahkan terjadinya non-alcoholic fatty liver disease atau fatty liver.


Kadar Alkohol

Laporan pada Oktober 2006 menyebutkan adanya kandungan alcohol dalam softdrink. Pada softdrink produksi lama ini akibat fermentasi yang dilakukan untuk proses karbonasi. Softdrink yang diproduksi dengan cara modern menggunakan pencampuran karbondioksida secara langsung tapi alcohol dapat terbentuk bila terkontaminasi mikro organism. Beberapa produsen softdrink juga mencampurkan alcohol dalam minumannya, yang tertinggi adalah softdrink buatan Turki yang mengandung alcohol 1,56 kali lebih besar disbanding softdrink terkenal di AS yaitu Kool-Aid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mencoba menyajikan Informasi mengenai penyakit dalam secara mudah dan gamblang sehingga mudah untuk dipahami